Kelompok Peribadatan
Setelah ditandatangani perjanjian tentang berakhirnya perang pasifik di atas Kapal Amerika Serikat U.S.S. Missouri di teluk Tokyo pada tanggal 2 September 1945, Empat Bulan kemudian, tepatnya tanggal 25 Januari 1946 melalui suatu upacara militer seluruh Basis Holandia dengan segala peninggalan tentara sekutu diserahkan kepada Komandan Pasukan Belanda di Hollandia West Nieuw – Guinea.
Selain tugas kedinasan yang diemban, pembinaan mental spiritual (Iman Kristiani) anggota COS dan keluarga menjadi perhatian Wakil Komandan Phc.E.Numberi. Berawal dari Ibadah Pengucapan Syukur Ulang Tahun Ke-28 Istrinya Yacomina Arawa Wayoi, pada tanggal 10 Juli 1948, Momen ini dipergunakan untuk mendirikan suatu Kelompok Peribadatan yang menjadi Cikal Bakal Jemaat GKI Eden.
Dengan bertambahnya anggota kelompok peribadatan, ibadah kemudian dilaksanakan di barak-barak siswa atau Auditorium, COS, namun Ibadah dari rumah ke rumah tetap dilaksanakan sebagai ibadah keluarga (KSP sekarang). Dalam persekutuan orang-orang percaya di Holandia (Jayapura), anggota COS dan keluarga terus terlibat dalam peribadatan-peribadatan gabungan di luar Markas COS, seperti di klofkamp (percetakan GKI sekarang), dan APO. “langit menceritakan Kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya, hari meneruskan berita kepada hari dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam“, lahan penginjilan semakin meluas. Pdt. Tuange, Pdt. Quiko, Pdt. Abrams (Tidore), Pdt. Titihalawa, Pdt. R.J. Quiko (muda), Guru Zadrack Rumbrar dan Guru Hikoyabi, para hamba Tuhan ini, terus melanyani Jemat Tuhan secara bergilir sesuai jadwal peribadatan.
Tahun 1963 merupakan babakan baru dalam sejarah Provinsi paling timur Indonesia Irian Barat kembali menjadi bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan dan asset Pemerintah Nederlandsch Nieuw-Guinea diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Lembaga Pendidikan dan Anggota Kepolisian melalui United Nationsn Temporary Authority (Untea). AKP Elsama Numberi diangkat menjadi Komandan pada masa transisi. Untuk menyatukan persepsi dan pemahaman tugas pokok dan fungsi Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang – Merauke sesuai undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang KepolisianRepublik Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan program pendidikan dan latihan selama 6 (enam) bulan di Sukabumi dan Megamendung (Jawa Barat), Porong dan Watukosek (Jawa Timur) serta Markas Brigade Mobil Kelapa Dua Jakarta. Di Pulau Jawa inilah, Muncul “Ide membangun rumah Tuhan”.
“Apakah yang akan tuan-tuan lakukan setelah kembali ke Irian Barat ?” Tanya salah seorang komandan kepada Rombongan Kepolisian dari Irian Barat.
“ Membangun Gedung Gereja, sebagai Komitmen Iman kami”, Jawab Rombongan dari Irian Barat.
Manifestasi Iman
Ketika Jemaat mulai bertumbuh dan berkembang, Komandan Deplatdak 021 Sukarnopura AKP. Sukandi mengistruksikan agar semua asset dinas kepolisian dimaksimalkan untuk pendidikan polisi. Hal tersebut sangat menganggu kelancaran peribadatan Jemaat Tuhan. Sebagai Wakil Komandan dan Pemuka Gereja sesuatu yang dilematis sangat mengganggu Fikiran Seorang Elsama Numberi.
Apakah yang wajib diberikan kepada kaisar dan apakah yang wajib diberikan kepada Tuhan (Lukas 20:25). Bagaimana mengamankan perintah atasan dan bagaimana membina mental spiritual anggota polisi yang beragama kristen atau memelihara pertumbuhan Iman Jemaat.
“Kita membangun Gedung Gereja di tengah-tengah Asrama Polisi Deplatdak 021 Sukarnopura”. Keputusan bijaksana Elsama Numberi sebagai solusinya.
“ Mengantisipasi kemajuan Kota Sukarnopura dan sekitarnya, termasuk Kawasan Base “G” yang akan dijadikan pemukiman penduduk, tempat berdomisili warga dari berbagai profesi termasuk warga jemaat Seiman dari berbagai suku dan daerah, sebaiknya gedung Gereja dibangun di depan Markas Deplatdak 021 “ Saran Aiptu Josep Josias Rumbiak, dan mendapat persetujuan Elsama Numberi, Aiptu Joseph Josias Rumbiak, Aiptu Erens Korwa, Aiptu C. Rumaropen serta seluruh anggota polisi yang beragama Kristen,
Gedung Gereja dibangun didepan Markas Deplatdak 021, diatas rongsokan dan puing-puing peninggalan perang pasifik (PD II), di Tanjung Swaja, tepian pantai Base”G” dengan keindahan Lautan Teduh, Utara Kota Sukarnopura. Kemudian Tuhan Yesus menempatkan Jemaat yang dibentukNya, untuk melaksanakan Tri Panggilan Gereja : Bersekutu, Bersaksi dan Melayani disana.
Dukungan pembangunan fisik datang dari berbagai pihak, baik pemerintah Propinsi irian Barat, Komando Daerah Angkatan Kepolisian XXI Irian Barat, Sinode GKI di Irian Barat dan Ondoafi Masyarakat Adat Kayobatu.
Pdt. Mesakh Koibur Wakil Sekretaris Badan Pekerja Am Sinode GKI di Irian Barat, mewakili Sinode membahas Rencana Pembangunan Fisik Gedung Gereja, seusai ibadah jemaat di Auditorium Deplatdak 021 Base”G”, dan pada prinsipnya memberikan apresiasi dan mendukung sepenuhnya rencana itu.
Pemerintah Propinsi Irian Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum memberikan bantuan alat berat dari bengkel induk pasir dua guna membersihkan dan perataan tanah.
Lazarus Pui, Ondoafi Masyarakat Adat Kayobatu memberikan Surat Pelepasan tanah adat untuk digunakan bagi pembangunan Gedung Gereja.
Hj. Suhadi Panglima Daerah Angkatan Kepolisian XXI Irian Barat, memberikan kontribusi Pelayan Jemaat Aiptu Isaskar Maryen untuk melayani jemat. Sumbangan lainnya berupa materi bangunan dan bangku-bangku gereja.
Yairus Seo, seorang kepala tukang, ditunjuk Ketua Majelis Jemaat memimpin pekerjaan pembangunan fisik yang dimulai awal Mei 1964.
Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja bersama hamba-hambahNya terus bekerja dan bekerja. Dengan melibatkan banyak orang berbagai suku dan kalangan Bait EL terus dibangun. Enam bulan kemudian Gedung Gereja pertama rampung dikerjakan dan ditabiskan dengan nama “EDEN” dan diresmikan oleh Hj. Suhadi.
Gr. Zadrack Rumbrar dan Elsama Numberi sebagai pelayan firman pada peribadatan-peribadatan jemaat dan juga peribadatan di lingkungan keluarga jemaat GKI Eden. Pada tanggal 28 Juni 1982 melalui SK Nomor : 20/MJ/E/82 perihal : Penerbitan SK pengangkatan/penempatan a.n. Pdt. I. Maryen dan Grj. J. Bonsapia, untuk melayani jemaat GKI Eden (SK Badan pekerja Klasis Jayapura Kotawi).
(1965 – 2011)
“ Orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan tidak sepenting orang yang memperbanyak pekerja-pekerja” (Samuel Morley).
Eden Tua hanya dalam ingatan, tetapi disitulah sejarah jemaat terukir dengan Tinta Emas. Mereka yang menggoresnya sebagian besar telah tiada, walaupun ada juga yang masih hidup sebagai saksi dan pelaku sejarah yang sudah renta, sehingga secara evolusioner regenerasi pun terjadi sebagai dari generasi tua kepada generasi muda, itulah kodrat manusia.
Beberapa Pekerja (Tokoh) dan Pekerjaannya (Peristiwa), secara kronologis dapat disampaikan, sebagai berikut :
Tokoh dan Peristiwa 1965 - 1977
Jemaat GKI Eden sebagai bagian integral Gereja Kristen Injili di Irian Barat terus bertumbuh dan berkembang sejak diresmikan bulan Oktober 1965. Tahun 1977 dilakukan peneguhan Majelis Jemaat pertama, dengan ketua Elsama Numberi, dan anggota-anggotanya Marthen Dwaramury, C. Kapisa, J.J Rumbiak, Amos Nuboba, S. Korwa, dan Ananias Tiwiriay.
PAM GKI Eden (29 Agustus 1966)
“That They go for ward ! The best years still lay a head !” artinya : Biarlah mereka maju! tahun – tahu yang terbaik masih dihadapan kita! (John R. Mott).
Carilah Aku, maka kamu akan hidup ‘itulah motto orang-orang muda dalam kehidupan dan pekerjaan gereja guna perluasan pekabaran injilNya di tanah ini. Tepat pada bulan juni 1966, Olla Dwaramury, Marice Numberi, Frederika Korwa, mengadakan pertemuan dengan Pdt. Is. Sauyai Pendeta lingkungan amper VIII. Dan seterusnya bertemu dengan Amos George Afasedanya. Perempuan-perempuan Papua ini merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk segera membentuk organisasi PAM GKI Eden. Ketua majelis jemaat Elsama Numberi menyetujui berdirilah Persekutuan Anggota Muda (PAM GKI) Eden dengan susunan Badan Pelayanan : Amos George Afasedanya (Ketua I) (Alm), Kaleb Korwa (Ketua II), Rudolf Prawar (Sekretaris I), Hendrikus Rumbekwan (Sekretaris II), Frederika Korwa (Bendahara I) dan Absalom Matuy (bendahara II) (Alm).
Pdt. Isaskar Maryen yang diserahi tugas pelayan Rohani dan mental bagi anggota polri dan keluarga di asrama Dodiklat Base – G secara khusus dan melayani masyarakat Kristen pada jemaat GKI Eden sejak tahun 1966 – 1988.
Pdt. Isaskar Maryen berada di tengah-tengah Jemaat GKI Eden juga membina anggota jemaat Pasir Dua karena pada saat itu masih menjadi anggota jemaat Eden. Tahun 1971 Pdt. Isaskar Maryen berkumpul bersama-sama dengan Piet Lewerisa, Kaleb Taran, Isak Rumbino, Rumakito, Maran, Bonay, mengadakan pertemuan dan mengambil keputusan membangun gedung gereja. Keputusan tersebut dilaksanakan oleh anggota jemaat pasir dua untuk membangun gereja darurat di sebelah bengkel induk bertempat dimana gereja yang sudah ada sekarang. Dengan demikian tahun 1971 – 1972, berdirilah jemaat Syaloom Pasifik Indah sebagai pemekaran dari jemaat GKI Eden.
Tokoh dan Peristiwa 1977 - 1980
Timbul pemikiran untuk mengadakan pembaharuan dan penatalayanan serta penerapan tata gereja konsisten dan konsekwen. J.J. Rumbiak mengambil inisiatif membentuk badan formatur untuk memilih Majelis Jemaat. Pada Bulan Juli 1977 dilantik Drs. Simanjuktak (Ketua), Ch. Mayor (wakil Ketua) (Alm) M. Damping (sekretaris), O. Kapisa, Rumbino, A.G. Afasedanya (Alm), Ibu Katipana (Alm), Ibu Meles, A. Maryen, P. Pattinusa (Alm), Ibu P. Amsamsung, PH. Wanane sebagai Majelis Jemaat pada periode 1977 – 1981, Majelis ini oleh ketua Badan Formatur J.J Rumbiak disebut sebagai Majelis perbaikan Administrasi dan Keuangan.
Dalam periode 1977-1980 M. Damping dilantik sebagai Ketua Jemaat, menggantikan Drs. Simanjuntak.
Seiring dengan perkembangan anggota jemaat serta sarana yang kurang memadai maka pada bulan November 1977 dibentuk Panitia Persiapan pembangunan Gedung Gereja baru periode 1977 1980 yang menyiapkan dan menetapkan lokasi untuk mendirikan bangunan gedung gereja baru dengan ukuran 30x14 m2.
Adapun pelaksanaan pembangunan gedung gereja baru tersebut diselesaikan secara bertahap yaitu : 1. Tahap Pertama : tahun 1977 – 1980, Tahap Kedua : tahun 1980-1983, Tahap Ketiga : tahun 1983 – 1988.
Dalam melaksanakan tugasnya panitia, berpedoman pada desain dan rancanagan anggaran belanja pembangunan (RABP) yang telah disiapkan oleh panitia persiapan (1977-1980) dengan modal awal sebesar Rp. 1.500.000,- (Satu juta lima ratus ribu rupiah).
Tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, antara lain masalah krisis moneter mengakibatkan RABP yang telah ditetapkan mengalami perubahan.
Berkat kerja sama yang baik dengan iman yang teguh, jemaat GKi eden terpanggil untuk bertanggung jawab sebagai suatu persekutuan jemaat Tuhan di sini, maka melalui
Dalam kurung waktu 7 tahun 1 bulan gedung gereja selesai dibangun. Sedangkan menara lonceng baru dibangun pada tanggal 31 Oktober 1988.
Dibawah ini dapat di lihat SK (Surat Keputusan) panitia pembangunan yang diterbitkan oleh BPH Majelis saat itu.
Tokoh dan Peristiwa 1980 - 1985
Pada masa kerja majelis periode 1980 – 1985 dimana CH. Mayor sebagai Ketua Majelis Jemaat, peletakan batu pertama gedung gereja baru (yang kedua) dilaksanakan pada tanggal 2 Februari 1980 oleh :
Tanggal 28 Juni 1982 melalui SK Nomor : 20/MJ/E/82 lampiran Perihal : Penerbitan SK pengangkatan/ Penempatan an. Pdt. IS. Maryen dan Grj. J. Bonsapia, untuk melanyani pada jemaat GKi Eden. SK ini diterbitkan oleh Badan Pekerja Klasis Kotawi (Jayapura).
Tanggal, 19 September 1981 berdirinya PAMGKI Eden Wijk I (Sektor SILO) Ketuanya Frans Wattimury.
Tokoh dan Peristiwa 1985 - 1999
Pdt. D.S. Titihalawa, Sm.Th. pada Bulan Januari 1986 sebagai pelayan jemaat hingga 20 Juni 1999. Selama masa tugas Ibu Pdt. D.S. Titihalawa, Sm. Th. Terjadi beberapa peristiwa bersejarah dalam jemaat ini, seperti persmian gedung gereja Eden baru, Pembanguna Gedung pertemuan dan Pastori Jemaat, dan juga peningkatan pelayanan melalui KSP (Kelompok Sel Permuridan).
Pada hari minggu tanggal, 20 Juni 1999 dalam suatu Ibadah Jemaat GKI Eden telah berlangsung “Serah Terima Jabatan “ Ketua jemaat eden dari Pdt. D.S. Titihalawa, Sm.Th. kepada Pdt. H. Wambrauw, S.Th. Serah terima ini dilaksanakan oleh Ketua Klasis GKI Jayapura Pdt. K. Kreeuw, S.Th dan disaksikan oleh warga jemaat, Tua-tua jemaat J.J. Rumbiak dan Ch. Mayor. Pdt D.S Titihalawa, Sm.Th telah melaksanakan tugasnya di jemaat GKI Eden Tangjung Ria selama 17 tahun (sejak November 1982). Dalam masa jabatannya telah 3(tiga) kali mengadakan Sidang Jemaat.
Tokoh dan Peristiwa 1999 – Sekarang
Beberapa peristiwa penting dalam masa pelayanan hambah Tuhan Pdt. Hans. Wambarauw dalam kepemimpinannya telah melakukan pekerjaan-pekerjaan antara lain :
3.PENUTUP
Indah sebagai di Eden pada permulaan, hutan dan rimba berbunga, tampak sedap senang, Eden tua menjadi kenangan dan terukir dalam tinta emasa sejarah lahirnya gereja eden yang hampir terlupakan.
Benih-benih para pelayan terus maju bagaikan Laskar Kristus dalam suka dan duka, tantangan demi tantangan Eden terus menata diri dalam pengenalan akan Yesus Kritus sebagai juru slamat dunia.
Ringkasan sejarah ini disusun oleh Tim Penelusuran Sejarah gereja Eden Jemaat GKI Eden tanjung Ria Base-G Jayapura, dengan penunjukan SK Majelis Jemaat nomor : 43/A-10.a.2/VIII/2008, tentang : Penetapan dan pengangkatan Tim penelusuran Sejarah Gereja Eden Jemaat GKI Eden Tanjung Ria Base”G” jayapura.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan Tim Penelusuran Sejarah gereja eden dan oleh karena banyak Para perintis telah tiada, untuk itu dengan hal tersebut apabila ada kekurangan dalam penulisan mohon dimaklumi.
“Orang-orang yang menabur dengan cucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”